Sunday 3 May 2015

Sampah Plastik Menjadi Tas Cantik

"Sampah Plastik Menjadi Tas Cantik"

“Trashion, from waste to style”, adalah program yang dicanangkan Unilever Peduli Foundation (UPF) untuk mengurangi dampak pencemaran kemasan plastik terhadap lingkungan.
Sebagaimana kita ketahui, selain sampah organik yang kemudian umumnya dimanfaatkan sebagai kompos, ada juga sampah non organik alias sampah yang tidak dapat hancur, di antaranya limbah kemasan plastik. UPF bersama-sama dengan para kader binaannya mencoba mereduksi limbah plastik bekas kemasan produk Unilever dengan cara mengubahnya menjadi barang-barang kerajinan daur ulang bernilai ekonomis. Di antaranya seperti tas laptop, dompet untuk telepon seluler, korden kamar mandi, tas berwarna merah dari limbah kemasan Royco, tas yang berukuran lebih kecil dari limbah kemasan plastik sabun Lux, kotak tempat sampah berwarna ungu dari limbah kemasan pewangi pakaian, tas belanja berwarna hijau, dibuat dari bekas kemasan cairan pembersih lantai, payung colorful kolase dari limbah kemasan berbagai produk, sampai dengan sandal biru muda yang catchy bertuliskan Molto!
Berdasarkan riset yang dilakukan di Surabaya pada tahun 2006, mengenai sampah post-consumer, hasilnya adalah sampah plastik yang dihasilkan di Surabaya sebanyak 96.000 ton/ per tahunnya, sekitar 10% dari total penghasilan sampah secara umum. Dari hasil ini, sekitar 4.000 ton/ per tahun ( sekitar 4 persen dari total sampah plastik) adalah sampah plastik dari packaging Unilever dan 45 persennya adalah plastik berlapis. Karena itulah kemudian UPF mengadakan Program Daur Ulang Sampah Plastik ini, untuk mengurangi pengaruh sampah plastik Unilever bagi lingkungan dan mengubah sampah multilayer yang harganya sangat murah itu (sekilo Rp 500) menjadi punya nilai.
Sejauh ini, usaha industri daur ulang biasanya menerima sampah plastik dari pengepul dan menolak kemasan langsung dari pabrik-pabrik. Sampah plastik jenis ini kemudian diubah menjadi pellet plastik yang dapat diubah lagi menjadi produk plastik daur ulang lain seperti mainan anak, vas, tali tambang dsb. Namun untuk plastik berlapis (multilayered plastic) teknologi pengolahannya belum banyak dikembangkan karena lebih rumit dan tidak memiliki keuntungan ekonomi yang viable. Dalam proses mengubah limbah kemasan plastik menjadi barang kerajinan, yang cukup sulit sebenarnya proses menjahit. Sebab, multilayer tersebut licin dan juga keras. Butuh waktu sekitar tiga bulan untuk menguasai cara menjahit dan menghasilkan produk yang rapi.
Sampah plastik itu sebelumnya telah dipilah warga. Warga tidak mengirimkan sampah tersebut ke bank sampah melainkan ke rumah produksi Trashion.
Quote:
[Image: big8021508.jpg] [Image: big8021509.jpg]
[Image: big8021510.jpg]
[Image: image007kecil.jpg]
[Image: big8021512.jpg]
Sebelumnya sampah-sampah ini dicuci dengan sabun dan pemutih desinfektan. Fungsi sabun adalah melepaskan kotoran-kotoran yang menempel di kemasan, sedangkan pemutih desinfektan untuk menghilangkan kuman dan bakteri selama lebih kurang 30 menit. Jadi plastik-plastik ini benar-benar steril dan hygienis.
Setelah dicuci dan dibersihkan, plastik-plastik ini kemudian dikeringkan dengan cara dijemur, yang dapat makan waktu sampai satu hari. Setelah kering, proses selanjutnya adalah pemotongan plastik. Ukuran potongan ditetapkan selebar 5 centimeter untuk memudahkan proses penjahitan. Setelahnya, potongan-potongan ini dipisahkan menurut gambar yang ada di kemasan. Tahap terakhir adalah menyatukan potongan-potongan tersebut dengan cara dijahit sesuai pola.
Animo warga terhadap produk daur ulang sampah plastik ini tinggi. Terbukti dari lakunya produk ini saat dipasarkan di pasar modern. Saat produk ini diikutkan dalam bazar yang diselenggarakan di Parkir Timur Senayan Jakarta, dalam tiga hari laku sampai mencapai omzet Rp 32 juta. Sampah ternyata tidak hanya dapat merepotkan warga. Di tangan yang tepat, sampah dapat menghasilkan uang.
Quote:
[Image: big7101204.jpg]
[Image: aneka+tas+dan+tempat+koran.jpg]
[Image: tempat+koran1.jpg]
[Image: tempat+pensil2.jpg]
[Image: dompet5a.jpg] [Image: XS1c.jpg]
[Image: XS1.jpg]
[Image: XS1b.jpg]
[Image: XS1f.jpg]
[Image: XS1d.jpg]
[Image: XS1e.jpg]
[Image: XS1o.jpg]
[Image: XS1j.jpg]
Kasmi, Eksportir Tas dari Limbah Plastik
IBU KASMI memang makhluk yang amat langka. Betapa tidak? Limbah sampah dari bekas bungkus kemasan kopi bubuk, bekas pasta gigi (odol) dan bekas tas plastik (tas kresek) bisa dia ’sulap’ menjadi produk kerajinan tas berkualitas ekspor!
Dari limbah bekas bungkusan itu, wanita sederhana yang tinggal di kawasan Pisangan Barat Ciputat itu bisa menembus pasar ekspor hingga Amerika, Dubai (Uni Emirat Arab), Australia dan Singapura. Nilai ekspornya pun nggak main-main.
Omzet penjualan perbulan dari ekspor tas berbahan bungkusan bekas itu ke Singapura dan Dubai saja mencapai sekitar Rp 30 jutaan perbulan. Itu baru ke Singapura dan Dubai. Lantas berapa omzet ke Amerika dan Australia?
“Untuk omzet ke Amerika dan Australia, nggak usah disebutin angkanya deh. Malu!” kata Ibu Kasmi, seperti dilansir buku “10 Pengusaha UKM Penggugah Inspirasi” karya Agung Budi Santoso, dkk. Selain ke luar negeri, omzet jutaan rupiah juga tercetak dari penjualan di dalam negeri. Ibu Kasmi tak menjual tas-tas produknya di sembarang tempat.
Di dalam negeri, tas-tasnya ‘mejeng’ di etalase-etalase bergengsi antara lain Hero Supermarket, etalase kerajinan tangan di Hotel Kristal Jakarta, serta 15 toko-toko dan supermarket terkemuka lainnya di Jakarta dan sekitarnya.
Suksesnya menjadi wirausahawan unik dengan memanfaatkan limbah bekas bungkusan itu sampai menarik perhatian Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Para istri dubes dan staf-stafnya sampai penasaran, hingga bertandang ke rumahnya yang berlokasi tak jauh dari gedung Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Ciputat, Tangerang. Entah sudah berapa penghargaan dia terima dari berbagai departemen dan instansi pemerintahan lantaran usahanya yang mendatangkan inspirasi namun juga ramah lingkungan.
“Sayang banget kan, kalau bungkus kopi, bungkus minyak goreng dan tas kresek yang kondisinya masih bagus itu cuma jadi tumpukan sampah? Padahal kalau dimanfaatkan bisa jadi tas-tas bagus seperti ini,” ujar Ibu Kasmi memamerkan tas-tas bikinan dia dengan label The Happy Trash Bag.
Yang menarik, usaha kerajinan tas berbahan limbah yang dikelola Ibu Kasmi tidak semata-mata berorientasi bisnis. Itu terbukti dari kalangan karyawan yang dipekerjakan, semuanya adalah siswa-siswa Sekolah Luar Biasa (SLB). Ada yang tuna rungu, ada pula yang tuna wicara, sebagian lainnya adalah karyawan dari kalangan ibu-ibu rumah tangga kurang mampu yang tinggal di sekitar rumahnya. “Misi usaha saya semenjak awal memang membuat mereka (siswa-siswa SLB) itu punya jiwa mandiri dengan ketrampilan yang mereka miliki,” tuturnya.
Entah sudah berapa kali, Ibu Kasmi dihubungi oleh perusahaan-perusahaan produsen bubuk kopi, pasta gigi dan minyak goreng yang menawarinya kerjasama, namun ditolaknya. Wanita gigih ini ditawari pasokan bungkus-bungkus produk-produk mereka yang benar-benar masih baru dan jelas-jelas kondisinya bersih, tapi semua itu tak membuatnya tergoda. “Bagaimana kalau Ibu Kasmi kami pasok kemasan bungkus yang masih baru dengan harga lebih murah dibanding harga pemulung?” kata Kasmi, menirukan tawaran dari perusahaan terkait.
Namun Kasmi selalu menolak secara tegas. “Saya selalu memilih membeli bungkus-bungkus bekas kemasan dari para pemulung. Biar kondisi bungkusnya agak kotor, dan harus dibersihkan dulu, nggak masalah. Ya, itu tadi, ini bukan semata-mata bisnis, tapi juga sosial,” tuturnya.
Pendek kata, usaha Kasmi memang punya misi untuk memberdayakan pemulung, anak-anak pelajar SLB dan wanita dari keluarga miskin.
Bahannya Murah Meriah, Menjelma Jadi Barang Mahal
KARYA tangan dingin Ibu Kasmi memang menakjubkan. Sebuah produk tas cantik berbahan bekas bungkus kopi bubuk bisa menembus pasar Amerika, Dubai, Singapura dan Australia dengan harga bervariasi, sesuai ukuran. Untuk tas berukuran M misalnya, dibanderol dengan harga Rp 75 ribu. Sementara yang ukuran S dijualnya seharga Rp 55 ribu. Adapun yang ukuran L diekspornya seharga Rp 85 ribu.
Tentu harga tas-tas itu lebih miring untuk pasaran dalam negeri. Produk yang sama dijualnya seharga Rp 20 ribu (ukuran S), Rp 40 ribu (M) dan Rp 50 ribu (L). Tentu tas-tas mungil itu cukup mendatangkan keuntungan menarik bila ditilik dari biaya produksinya yang murah meriah. Coba bayangkan! Ibu Kasmi membeli bahan baku dari pemulung seharga Rp 5 ribu untuk perkilogram bekas bungkus kopi.
Sementara dari tiap kilogram bahan baku dari pemulung itu bisa dijadikan 4 buah tas mungil. Itu artinya, biaya bahan baku untuk tiap tas hanya sebesar Rp 1.250. Namun masih ada biaya kecil-kecil lain sebesar Rp 5 ribu guna membeli pita dan kain tipis untuk pelapis bagian dalam, yang masing-masing tasnya berbiaya sekitar Rp 5 ribu. Singkat cerita, total biaya untuk tiap tasnya hanya Rp 6.250. Di luar biaya itu, masih ada biaya ongkos produksi, yakni gaji bulanan para karyawannya yang berjumlah enam orang. “Biaya makan siang anak-anak tentu nggak terlalu saya hitung. Wong mereka itu anak-anak (asuh) saya sendiri,” ujarnya. Biaya lainnya, tentu komponen ongkos pengiriman. Luar biasa bukan? Dari sebuah produk tas berbiaya murah meriah itu bisa menjelma menjadi produk tas kualitas ekspor seharga Rp 55 ribu – 85 ribu.
Tas Kresek Pun Ikut Mendunia!
SELAIN tas berbahan bekas bungkus kopi, Ibu Kasmi juga mengolah bekas tas plastik (ibu-ibu rumah tangga biasa menyebutnya ‘tas kresek’) menjadi produk tas mempesona. Anda tentu tak asing lagi kan, dengan tas plastik yang diberikan cuma-cuma saat berbelanja di swalayan, minimarket atau supermarket?
Barangkali tas plastik bekas berbelanja begitu menumpuk di rumah hingga terbuang-buang percuma. Namun di tangan Kasmi, lagi-lagi bisa disulap menjadi produk spektakuler! Sebuah tas berbahan bekas tas plastik dieskpornya ke luar negeri dengan banderol Rp 50 ribu pertas. Sementara untuk pasaran dalam negeri bisa terjual Rp 30 ribu per tas. “Bahan bakunya ya dari tas plastik bekas berbelanja. Artinya, saya kumpulin sendiri tas-tas plastik yang saya dapat sehabis berbelanja di mal atau swalayan. Jadi enggak beli bahan bakunya. Kalaulah beli, belinya di mana? Mana ada orang jual bekas tas plastik,” ujarnya, setengah bertanya. .
Wanita yang pernah menjadi juru masak (koki) di Kedubes Australia itu mengerjakan kerajinan tas berbahan bekas tas plastik itu dengan gaya santai. “Ngerjainnya sambil nonton teve, atau ngobrol ngalor-ngidul sama ibu-ibu tetangga,” katanya. Untuk produk tasnya yang satu ini nyaris tak berbiaya bahan baku, kecuali ikatan dari serat bambu untuk memperkuat bodi tas. “Kalau bambu, paling cuma berapa harganya. Di sekitar rumah juga banyak,” katanya. Kasmi memang tak bisa mengkalkulasi persis berapa biaya tenaga kerja. “Habis, niat saya kan justru memberdayakan tenaga kerja anak-anak (SLB) dan ibu-ibu kurang mampu,” timpalnya.
Selain berbahan limbah plastik, Kasmi juga membuat tas berbahan bekas kemasan pasta gigi (odol). Dari pemulung, dia belanja bahan baku bekas pasta gigi itu seharga Rp 5 ribu perkilogramnya. Tiap kilogram bekas kemasan odol bisa dijadikan dua tas cantik dengan permukaannya yang putih mengkilap. Memang tampak mengkilap, karena yang ditonjolkan di bagian luar adalah kemasan odol di bagian dalam yang berwarna putih perak mengkilap itu. Biaya produksi lainnya adalah pita dan kain pelapis bagian dalam tas senilai sekitar Rp 5 ribu untuk tiap tas. Dengan bahan murah meriah itu, produk tasnya yang satu ini terjual laris manis dengan banderol Rp 150 ribu.
Wanita kelahiran Solo itu memulai debut usaha uniknya itu dari iseng-iseng. Wanita berusia setengah abad itu awalnya cuma mengisi waktu ketika dia mengantarkan putrinya ke sekolah pada 1987 silam. Sembari menunggu jam pulang sekolah putrinya, Kasmi iseng-iseng merajut, eh ternyata bagus juga!
Nyaris tak ada limbah plastik yang sia-sia di tangannya, mulai dari bekas bungkus mie instan, deterjen, snack, kopi bubuk, minyak goreng, dll. Praktis, usaha sebenarnya sangat ramah lingkungan karena membantu mengurangi tingkat pencemaran, terutama polusi sampah plastik yang sulit membusuk. Kini, usaha kerajinannya yang dia namai Group of Deaf People (karena karyawannya anak-anak SLB tuna rungu) bisa memproduksi 3.000-an buah tas dan 500 boneka dalam sebulan dengan omzet puluhan juta rupiah.
Tawaran Gaji Rp 10 Juta Ditolak
ANEHNYA, semua kepintaran Kasmi memanfaatkan sampah plastik menjadi produk kerajinan cantik dan mahal itu dipelajarinya secara otodidak. Belakangan, ketrampilannya itu menarik perhatian sebuah kantor kedutaan asing di Jakarta yang beritikad merekrut dia sebagai tenaga ahli dengan gaji Rp 10 juta perbulan. Dengan gaji menggiurkan itu, Kasmi mendapat tugas untuk menularkan ilmunya itu dengan menjadi pengajar di sebuah lembaga yang dikelola kedutaan tersebut di Pondok Indah.
“Tapi tawaran itu saya tolak dengan halus. Gajinya memang sangat menggoda sih, tapi gimana dengan usaha saya, kalau saya jadi orang kantoran? Bagaimana pula nasib anak-anak SLB yang menggantungkan hidup dari usaha ini?” tanyanya. Kasmi malah membuka kursus kerajinan. Diilhami putrinya, lembaga itu memberikan prioritas kepada siswa tunarungu. Kini ratusan siswa telah menimba ilmunya tanpa ia pungut biaya satu sen pun. “Saya ingin mereka tidak dikucilkan,” kata ibu tiga anak ini.
Untuk mempromosikan produknya, Kasmi rajin mengikuti pameran, antara lain pameran di Hotel Soultan (dulu Hotel Hilton) Jakarta. Beberapa pameran eksklusif kerap diikutinya, seperti di Australian Woman Association. Selain produk tas, dia juga membuat boneka. Bahkan inovasinya sampai berbentuk dompet dan tas berbahan koran. Melihat animo pasar yang besar, ia kemudian mengganti bahan bakunya dengan kertas yang dilaminating. “Setelah itu, saya berpikir kenapa tidak dari sampah?” Belakangan, dia lantas memanfaatkan bekas bungkus mie instan. Itulah kisah wanita inovatif sekaligus penyelamat lingkungan dari pencemaran. (agung budi santoso)
Alamat kontak:
Ibu Kasmi
The Happy Trash Bag (Group of The Deaf People)
UKM pembuatan tas dan boneka berbahan bekas seperti sachet sabun, bekas kopi bubuk, kantong plastik bekas (shopping bag), bekas kemasan minyak goreng, dll oleh pelajar Sekolah Luar Biasa (SLB).
Jl. SD Inpres No 79 RT 02 RW 09 Pisangan Barat Ciputat Telp (021) 749. 6784

Friday 1 May 2015

Membuat Lampu Tidur Hias Dari botol Bekas

"Membuat Lampu Tidur Hias Dari botol Bekas"

Cara Membuat Lampu Tidur atau Lampu Hias Dari Botol Bekas khususnya Botol Plastik yang pastinya sering kita jumpai dimana-mana apalagi jika botol plastik itu sudah menjadi sampah. jika tidak kita siasati, tentu hal ini sangat tidak nyaman untuk di pandang. karena selain sangat mengganggu kebersihan lingkungan. sampah dari botol plastik itu juga bisa mengakibatkan pemanasan global yang berkepanjangan.
Sebenarnya, masalah ini sudah bisa kita siasati salah satu cara nya yaitu dengan berbagai macam kerajinan. seperti membuat lampu tidur dari bahan botol plastik.
membuat lampu hias dari botol plastik, buat lampu tidur dari botol bekas, lampu tidur dari botol plastik
Sebelum mulai berkreasi, bahan dan alat yang kita perlukan adalah:
  • Botol Plastik Bekas (model sesuai selera kita, bersihkan terlebih dahulu ya)
  • Kabel listrik
  • Lampu kecil (lampu cabai beserta cupnya)
  • Colokan lampu
  • Cutter yang tajam
  • Lem plastik
  • Cat semprot.

Setelah semua bahan dan perlengkapan sudah siap, langkah selanjutnya langsung saja kita eksekusi cara membuat lampu tidur dengan botol plastik ini :

  1. Potong bagian bawah botol plastik tersebut mengikuti bentuk menggunakan cutter yang tajam. (lihat gambar no 1) Jika bentuknya bergelombang kita ikuti saja menurut bentuknya. Bagian bawah botol tersebut akan kita jadikan sebagai kaki lampu tidur kita.
  2. Lubangi dibagian tengah dari bawah botol plastik yang telah kita potong (lihat gambar no 2), untuk lubang kabel. Buat juga lubang yang sama di bagian tutup botol.
  3. Rekatkan bagian bawah botol plastik yang telah dipotong tersebut kebagian tutup botol dengan menggunakan lem. (lihat gambar no 3) Sesuaikan letaknya dengan lubang yang telah kita buat, tutup botol tersebut (bisa juga lubang dibuat setelah tutup botol dan bagian bawah lubang di rekatkan-atur yang menurut kalian mudah saja ya)
  4. Setelah sambungan tersebut sudah mengering dan kuat. Kita bisa memberikan warna lampu dari botol plastik tersebut menggunakan cat semprot (bisa menggunakan cat semprot dalam kemasan kaleng (pilok) atau bisa juga menggunakan cat minyak yang disemprotkan menggunakan semprotan nyamuk. (kreatifitas anda sangat dibutuhkan)
  5. Setelah cat kering, kita lanjut memasang lampu dan kabel. Rekatkan cup lampu menggunakan lem pada bagian dalam tutup botol agar lebih kuat.
  6. Tambahkan beberapa ornamen/hiasan sesuai selera. ( lagi lagi kreatifitas anda sangat dibutuhkan )

Finish... Taraaa ! Mudah bukan Cara Membuat Lampu Tidur Dari Botol Plastik ? hanya dengan sedikit kreativitas kita bisa menyulap sebuah botol plastik bekas yang sudah menjadi sampah atau tidak berguna sama sekali menjadi hiasan lampu kamar yang cantik, lucu dan unik yang memiliki nilai kreatifitas dan seni yang tinggi dan selain itu manfaat lainnya juga bisa mengurangi pemanasan global.

 

Wednesday 29 April 2015

Limbah Dari Kardus Bekas

"Limbah Dari Kardus Bekas"

           Kardus selama ini hanya dipandang sebelah mata karena jika sudah tidak ada isinya,di biarkanbegitu saja atau bahkan dibuang.Menurut kami berdua kardus yang tidak di pakai itu bisa di daur ulang dan akan menjadi barang yang bagus dan tentunya memiliki nilai jual yang tinggi.Contohnya seperti gambar diatas,limbah kardus yang sudah tidak di pakai bisa dibuat menjadi rumah-rumahan yang tentunya bagus untuk hiasan rumah. Selain dapat dijadikan sebagai hiasan,dengan kita mendaur ulang kardus yang sudah tidak di pakai,kita juga mengurangi pencemaran lingkungan. Serta kita juga bisa membuat dari daur ulang kardus menjadi hiasan lampu unik. 

             
            Anda dapat membuat suatu hiasan ruangan dengan memanfaatkan barang yang tidak terpakai lagi di sekitar anda, dan kali ini saya akan membuat hiasan lampu unik dari kardus bekas dengan memanfaatkan bahan yang sudah tak terpakai.

Siapkan bahan-bahan berikut :
  • Kardus bekas dengan lebar 25 dan tinggi sesuai yang Anda inginkan.
  • Cat semprot.
  • Silet.
  • Penggaris 
  • Lem tembak.
  • Kabel dan lampu.


Langkah - langkah :
  1. Mulailah dengan menyemprot salah satu sisi karton. Dan biarkan kering secara menyeluruh.
     
  2. Tandai kardus pada jarak 5 cm memanjang dengan penggaris. Pada setiap tandanya, buat potongan vertikal dengan silet sehingga sisi atas karton dipotong tapi sisi bawah tetap utuh.
  3. Biarkan kardus mendatar lagi dan potong menjadi persegi yang memanjang dengan silet.
  4. Setelah beberapa persegi panjang terpotong, lem ujungnya masing-masing sehingga akan terbentuk segilima. Kemudian mulai membuat tumpukan terhuyung-huyung dengan segilima-segilima yang anda buat dan rekatkan dengan lem.
     
     
     
  5. Terakhir, potong bentuk segilima yang pas untuk bagian atas hiasan lampu. Potong sebuah lubang di atasnya sesuai dengan soket lampu Anda. Rekatkan ke atas hiasan lampu dengan lem, dan selesai!
  6. Dan inilah hasilnya , baguskan kan kawan dan mudah juga kan cara membuatnya.



 

Daur Ulang Barang Bekas

"Daur Ulang Barang Bekas"

10 Barang Keren Hasil Daur Ulang Bahan Bekas

Kamu mungkin mempunyai barang bekas yang hanya tergeletak dan tidak terpakai karena ada yang menggantikan atau memang sudah tidak layak untuk dipakai. Lalu tindakan apakah yang akan kamu lakukan untuk barang bekas tersebut? Kamu mungkin berpikir bahwa daur ulang itu repot sehingga lebih memilih untuk langsung membuang barang tersebut, tapi apakah kamu yakin dengan pilihan kamu tersebut?
Nah, dibawah ini adalah beberapa hal yang setidaknya dapat memberikan inspirasi dalam mengubah barang bekas yang ada disekitar kamu menjadi sesuatu yang waw! :D
Penasaran kan?

1. Memanfaatkan Ban dan Tali Menjadi Kursi

daur ulang ban
Cara ini tergolong mudah untuk dicoba, dengan beberapa media yang juga mudah untuk didapatkan, seperti Ban bekas, triplek kayu berukuran bulat sesuai bentuk ban, tali tambang goni, lem, dan sebagainya. Cocok untuk teras, cafe, dan beberapa tempat yang digunakan untuk bersantai.

2. Menjadikan Batako sebagai Pot Bunga

daur ulang batako
Terkadang saat membangun / renovasi rumah, masih tersisa batako dan beberapa bahan bangunan lainnya. Daripada rugi karena tidak terpakai dan mau dijual lagi tapi cuma beberapa biji, langsung cat aja deh bagian luarnya sesuai desain dan warna kesukaan kamu. Setelah itu baru deh tambahkan tanah / pupuk dan juga tanamannya. Jangan lupa disiram yaaa :D

3. Menyulap Buku Bekas menjadi Tempat Pensil (Alat Tulis)

daur ulang kotak pensil
Terkadang orang lebih suka merosokkan kertas bekas, tetapi bagaimana kalau kertas yang kamu miliki cuma beberapa saja dan pasti bakal murah sekali bila di rosokkan. Coba saja manfaatkan kertas bekas atau buku tebal (buku direktori) menjadi sebuah tempat pensil atau tempat alat tulis, dijamin deh cara ini lebih bermanfaat dan lebih unik jika ditempatkan di sebuah kamar atau meja belajar.

4. Membuat Penyangga Gadget dari Botol Pembersih Porselain

daur ulang botol
Pasti kamu pernah kan, mengalami hal seperti diatas ini? Maksudnya kesulitan menempatkan gadget ketika di charge karena saklar ada di tembok atau tidak ada media untuk menyangganya. Nah, bisa jadi cara ini cukup efektif buat kamu yang merasa ilfil dengan masalah tersebut, lagian kan tutorialnya juga sudah ada di gambar :p Lebih hemat lebih fleksibel dan penyangganya bisa kamu desain sesuai selera dan kebutuhan kamu sendiri. Be Creative Guys!! 

5. Memanfaatkan Kursi Kayu sebagai Rak Handuk

daur ulang kursi
Keren dan tampak asik kan? Kamu juga bisa kok membuat seperti ini, terlebih juga cocok bila ditempatkan di sekitar wastafel atau tempat yang biasa kamu gunakan untuk cuci muka, asal jangan ditempatkan di tempat yang mudah terkena air ya. Karena kursi kamu bisa tambah rusak dan lapuk, tapi tergantung kualitas kayunya juga sih 

6. Menempatkan Kelereng di Lubang Pagar

daur ulang pagar kayu

Kalau rumah kamu terdapat pagar kayu, bisa jadi cara ini efektif dan menarik. Marble Effects, atau efek unik yang ditimbulkan oleh kelereng (ceritanya lagi bikin istilah sendiri :D). Dengan menempatkan beberapa kelereng di lubang lubang pagar maka akan memberikan kilauan cahaya yang berwarna warni pada siang hari berkat matahari dan warna pada kelereng tersebut. Meskipun hal ini cuma berfungsi saat siang hari saja, tapi lumayan oke juga bila mencoba untuk melakukannya 

7. Memanfaatkan Lego sebagai Gantungan Kunci

daur ulang lego
Buat kamu yang sering lupa menaruh kunci mungkin cara ini sangat efektif sekali mengurangi penyakit pelupa kamu, hehehe. Dengan memanfaatkan beberapa lego dan menempelkannya di tempat yang biasa kamu lewati. Mau coba cara kreatifnya biar enggak gampang lupa tapi enggak punya lego?, kamu juga bisa membelinya melalui Pricelist kok 

8. Menyulap Kunci Pas menjadi Gantungan Baju dll
daur ulang tang
Mungkin gambar diatas juga sering kamu jumpai di beberapa outlet fashion. Cukup dengan beberapa kunci pas yang tidak terpakai atau memang sudah patah pada bagian kuncinya, paku bor dan mesin bor. Biasanya hal hal yang seperti ini sangat digemari oleh mereka yang suka balap karena kunci pas identik atau masih berhubungan dengan otomotif.

9. Merubah Tangga menjadi Rak Buku

daur ulang tangga
Sama seperti sebelumnya yaitu masih tentang sesuatu yang menempel di tembok. Nah, untuk ide kali ini terlgolong cukup rumit juga, karena kamu juga harus bisa menyesuaikan jarak tangga dan tembok dengan ukuran buku kamu (panjang lebar buku, tebal buku, dan sebagianya).

10. Memanfaatkan Gulungan Kertas Tisu untuk Tempat Kabel
daur ulang tisu toilet
Ide ini sangat mudah sekali untuk dipakai, hanya saja apakah kamu pernah menggunakan tisu gulung? Gambar diatas adalah kertas dari tisu gulung yang biasa kamu jumpai di toilet atau warung makan. Namun, orang – orang lebih familiar dengan menggunakan karet untuk merapikan kabel, tapi apa salahnya kalau kita mencoba menggunakan kertas tisu sebagai medianya sehingga lebih beda dan lebih unik hehe